
Berita Ahok Sebagai Tersangka Dipahami Sebagai Sebuah Siasat Politik

Berita Ahok Sebagai Tersangka – Penetapan Ahok sebagai tersangka tak seutuhnya mengagetkan banyak pihak. Juga pihak-pihak yang sama-sama bertentangan dalam menilainya tuduhan penistaan agama olehnya. Beberapa pihak meyakini Ahok memanglah bersalah. Jadi status tersangka dikira lumrah. Beberapa lain meyakini Ahok tak bersalah. Namun mengambil keputusan Ahok sebagai tersangka dipahami sebagai satu siasat politik yang cerdik dari pemerintah Jokowi.
Penetapan status itu mengembosi beberapa, bila tak seutuhnya, daya tarik serta kewibawaan demonstrasi kelanjutan (bila ada) pada Ahok serta istana. Ketentuan yang sama membebaskan polisi serta Presiden dari tanggung-jawab atas masalah itu. Saat ini diarahkan ke kejaksaan.
Sistem hukum setelah itu atas masalah ini dapat makan saat tahunan, tanpa ada sedikit juga kurangi hak Ahok berlaga dalam Pilkada DKI. Juga tak ada jaminan tersangka selanjutnya bakal dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Namun beragam penilaian itu berbentuk begitu sesaat.
Ada dua masalah besar yang belum terang Berita Ahok Sebagai Tersangka
Pertama, susah di pastikan bagaimana sistem hukum ini bakal berlanjut serta susah di pastikan apakah Ahok bakal dinyatakan bersalah atau tak bersalah oleh pengadilan. Ke-2, bagaimana beragam aspek non-legal turut punya pengaruh pada yang pertama, baik dengan cara terbuka atau tertutup. Berbentuk desakan eksternal berjarak, atau segera menerobos sistem hukum tersebut.
Susah memikirkan semuanya telah ada jawabnya namun dirahasiakan, seolah-olah ada yang mengatur dibalik monitor. Kesempatan seperti itu cuma mungkin saja dalam kondisi spesifik. Umpamanya di puncak kejayaan rezim otoriterisme Orde Baru, dengan bangunan politik yang terpusat hampir mutlak. Tak saat ini, lantaran terpecah-pecahnya kemampuan politik serba oportunis yang siap beralih tingkah, sekutu serta siasat apabila dikira butuh.
Masalah Ahok tak dapat disamakan dengan beberapa masalah lain penistaan agama. Buktinya tak semuanya penistaan agama sudah beramai-ramai digugat seperti pada Ahok, petahana serta calon Gubernur DKI, serta mitra politik Presiden yang tengah berkuasa.
Lepas dari bagaimana nanti nasib Ahok di ujung sistem hukum, ada yang lebih menarik perhatian saya. Yaitu sosok Ahok sebagai politikus tanpa ada paket atau basa-basi politik.
Dimana juga didunia, masalah politik pada intinya adalah tarik-ulur atau tawar-menawar, gerak serta gertak-balik, dan hubungan kerja pada beragam pihak dalam pembagian kuasa kenegaraan serta kebutuhan material. Dimana juga didunia, sistem politik tak tampak serta berjalan telanjang bulat. Namun dibungkus serta dikemas dalam beragam wacana serta format pemanis.
Berita Ahok Sebagai Tersangka Ilmuwan sosial Pierre Bourdieu menyebutnya eufemisme

Dengan paket orang berpolitik seolah-olah tak tengah berpolitik. Langkahnya dengan membungkus gerak-gerik politiknya dalam paket yang dikira tengah sah serta terhormat dalam orang-orang. Tak tahu itu paket moral (baik/jelek), keagamaan (suci/nista), hukum (salah/benar) serta kultural (tinggi/rendah) selanjutnya. Beragam pihak memakai paket non-politik yang tidak sama.
Ini tergantung pada modal yang paling dipunyainya : modal-ekonomi, atau modal-moral, atau modal-keagamaan. Paket berbeda dengan tipuan. Tak ada yang menipu atau ditipu. Lantaran semuanya dikira telah tahu-sama-tahu, mana yang politik serta mana yang paket.
Sarat Muatan Politik
Mulai sejak awal, tuduhan pada Ahok sebagai penista agama sarat dengan muatan politik. Namun tak hanya dinyatakan dalam paket politik. Seringkali dikemas dalam wacana keagamaan. Serangan ini beberapa datang dari mereka yang sejujur-jujurnya peduli pada masalah agama. Tetapi, beberapa musuh politik Ahok ikutan menumpang, serta membesar-besarkan masalah itu seolah-olah mereka juga perduli pada permasalahan agama.
Seseorang ulama senior pernah membela Ahok dengan menyampaikan cuma orang bodoh yang berasumsi Ahok sudah lakukan penistaan agama. Mungkin saja ada benarnya. Namun ada yang luput dari pernyataan itu.
Menurut saya, cuma mereka yang buta-politik bakal berbantah terus-terusan masalah agama serta adu-kutipan ayat suci dalam menyikapi masalah Ahok. Apakah Ahok bersalah atau tak dengan cara keagamaan, kurang menarik perhatian saya. Juga apakah dia bersalah atau tak dengan cara hukum.
Sejauh penilaian saya, kekeliruan pertama serta paling utama Ahok sampai kini yaitu berpolitik tanpa ada basa-basi atau paket apapun. Tak tahu lantaran tidak ingin, tak dapat, atau dua-duanya. Dia berpolitik dengan cara telanjang. Politik telanjang itu dikira nista banyaknya pihak yang punya kebiasaan dengan basa-basi moral, budaya, atau keagamaan.
Bahkan juga saat menginginkan menyerang Ahok, mereka tak dapat menyerang Ahok tanpa ada beberapa paket yang telah umum, termasuk juga bhs rasis atau kutukan keagamaan. Dengan cara politik, titik terlemah Ahok terdapat pada kegagalannya memuaskan beberapa tak kecil susunan kelas bawah sebagai korban kebijakan tata-kotanya.
Titik Terlemah
Namun beberapa musuh politik Ahok yang terlembaga terbesar tak mempunyai kekuatan atau kewibawaan untuk bicara dengan paket kelas sosial. Jadi, titik terlemah politik Ahok tak pernah terserang dengan cara massif seperti dalam demonstrasi massal di Jakarta dua bln. paling akhir.
Bagaimana menerangkan popularitas Ahok di kelompok pendukungnya? Menurut saya mereka tak hanya suka pada langkah berpolitik-telanjang Ahok. Mereka cuma jemu serta muak dengan beragam paket berlapir-lapis yang digunakan beragam politikus terlebih dulu, tanpa ada isi. Seperti pepes kosong.
Pemerintahan Jokowi sampai kini diuntungkan serta untungkan Ahok. Pemerintah ini hadapi beragam serangan paling akhir pada Ahok serta istana dengan paket hukum. Tak bertelanjang. Merestui ketentuan Ahok sebagai tersangka adalah sebentuk paket hukum yang mereka tentukan dengan penuh perhitungan politik.
Namun ini baru paket Berita Ahok Sebagai Tersangka Tak lebih Jadi janganlah terburu kuatir atau lega Ada apa persisnya dibalik paket itu, bakal jadi terang dalam sebagian ke depan
Leave a Reply